Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya sangat penting untuk mengatasi hambatan komunikasi yang seringkali terjadi. Adanya perbedaan suku bangsa, budaya, adat istiadat, agama, dll sering mengakibatkan komunikasi yang gagal diantara manusia. Perkembangan zaman yang pesat dan mobilitas yang tinggi membuat komunikasi antar budaya sangatlah penting.

Dari asal katanya sendiri, kata “budaya” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata  buddhi, yang berarti “budi” atau “kaal”. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai “ hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal”. Istilah  culture, yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” yang artinya adalah “mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata  colere yang kemudian berubah menjadi  ulture diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam” (Soekanto, 1996:188).

Komunikasi sendiri merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Komunikasi bisa disampaikan dalam bentuk verbal maupun non verbal.

Beberapa karakteristik kebudayaan menurut Ruben (1984 : 302-312) yaitu kebudayaan adalah kompleks dan banyak segi, kebudayaan tidak dapat dilihat dan berubah sejalan dengan waktu. Artinya kebudayaan itu tidak hanya terbentuk dari satu segi tetapi dari banyak segi. Dan semakin kedepan, kebudayaan di masing-masing daerah akan semakin berkembang.

Komunikasi dan kebudayaan memiliki hubungan timbal balik dan tak terpisahkan. Suatu kebiasaan seseorang atau sekelompok orang akan mempengaruhi cara berkomunikasi. Sebagai contoh di negara Indonesia sendiri banyak sekali cara berkomunikasi yang berbeda-beda. Baik bahasa yang berbeda, intonasi yang berbeda, dan lain sebagainya.

Seringkali kesalahpahaman komunikasi antar budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal. Bisa mengakibatkan orang lain tersinggung, pertengkaran dan lebih parah lagi konflik antar budaya, suku, agama, ras, dll.

Komunikasi budaya memiliki banyak sekali hambatan. Hambatan-hambatan tersebut adalah (Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12):

1. Fisik (Physical)

Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.

2. Budaya (Cultural)

Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.

3. Persepsi (Perceptual)

Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.

4. Motivasi (Motivational)

Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.

5. Pengalaman (Experiantial)

Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.

6. Emosi (Emotional)

Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.

7. Bahasa (Linguistic)

Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.

8. Nonverbal

Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.

9. Kompetisi (Competition)

Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.

 

Sumber : http://library.usu.ac.id/download/fisip/komunikasi-lusiana.pdf

sumber gambar : blogs.unpad.ac.id

Tinggalkan komentar